Selasa, 26 Mei 2015

MAKNA PSHT

1. Segi empat panjang - Bermakna Perisai. 2. Dasar Hitam - Bermakna kekal dan abadi. 3. Hati putih bertepi merah - Bermakna cinta kasih ada batasnya. 4. Merah melingkari hati putih - Bermakna berani mengatakan yang ada dihati/kata hati 5. Sinar - Bermakna jalannya hukum alam/hukum kelimpahan 6. Bunga Terate - Bermakna kepribadian yang luhur 7. Bunga terate mekar, setengah mekar dan kuncup. - Bermakna dalam bersaudara tidak membeda-bedakan latar belakang 8. Senjata silat - Bermakna pencak silat sebagai benteng Persaudaraan. 9. Garis putih tegak lurus ditengah-tengah merah - Bermakna berani karena benar, takut karena salah 10. Persaudaraan Setia Hati Terate - Bermakna mengutamakan hubungan antar sesama yang tumbuh dari hati yang tulus, ikhlas, dan bersih. - Apa yang dikatakan keluar dari hati yang tulus. - Kepribadian yang luhur. 11. Hati putih bertepi merah terletak ditengah-tengah lambang - Bermakna netral Diambil dari AD/ART PSHT Hasil Mubes 2000

Kamis, 23 Oktober 2014

SEJARAH ISHARI GRESIK

A. SEJARAH BERDIRINYA ISHARI. ISHARI pada awal pendiriannya bernama Jam’iyyahHadrah yaitu sebuah kumpulan yang berkegiatan kesenian Rebana dengan diiringi Bacaan Sejarah kelahiran dan Perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW (Perpaduan antara Kitab Maulid Syaroful anam dan Kitab Diwan Al Hadroh) dengan paduan gerakan dan bunyian keplok tangan yang teratur dan indah sehingga terpadu antara bunyi Rebana, Suara merdu dari pembawa Syair sahutan jawaban bacaan Solawat dari para peserta serta gerakan gerakan yang menandakan rasa Syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jam’iyyah ini didirikan Oleh Hadrotus Syeikh KH. ABDURROKHIM Bin ABDUL HADI di Pasuruansekitar tahun1918 – an.dan beliau wafat di Pasuruan Pada Bulan Dzul Qo’dah Tahun 1370 H / 1952 M dan dimakamkan di Pemakaman Belakang Masjid Jami’ Al –Anwar Kota Pasuruan Kata Hadroh itu sendiri secara bahasa mengandung tiga makna yaitu : a) Hadroh dengan makna Hadir atau datang yaitu dimaksudkan Jam’iyyah Hadroh ini adalah sebuah kumpulan kesenian Rebana yang berisi bacaan Sholawat dan sanjungan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dengan tujuan menghadirkan Rosululloh Baik melalui pengertian Dhohir atau Pengertian Ma’nawi yang artinya diharapkan Prilaku Anggota Jam’iyyah ini menjadi baik karena tertanam kehadiran luhurnya Akhlaq Rosulillah dalam kehidupan sehari-hari sebagai akibat dari pengaruh Bacaan yang dibaca. b) Hadroh dengan makna menghaturkan/mempersembahkan yaitu bahwa Jam’iyyah Hadroh ini adalah sebuah kumpulan Ibadah Bacaan Sholawat, pujian, Dzikir yang dipersembahkan kepada Baginda Nabi sebagai refleksi dari rasa Syukur karna kita semua ditakdirkan oleh Alloh menjadi Ummat Beliau yang berpredikat sebaik – baik Ummat ( Khoirul Umam ). c) Hadroh dengan Makna Hadroh maut yaitu nama sebuah kota di Negara Yaman Bagian selatan yang terkenal dengan sebutan Kotanya para Waliyulloh, yang berarti bahwa Jam’iyyah Hadroh ini adalah Kesenian yang bernuansa Ibadah yang bemula dan berasal dari kota tersebut. Beliau KH Abdur Rochim mendapatkan karya yang mulya ini atas Ijazah dari ayahanda beliau KH Abdul hadi, dari Ayahandanya KH Abdur Rohman Bawean Gresik, dari Al-Habib Ling Banahsan Pegiri’an Surabaya, dari Al-Habib Segaf As-Segaf pegiri’an Surabaya, dari Al-Habib Ahmad Bin Abdulloh Ba Faqih Boto Putih Surabaya, dari Guru Beliau Hadrotus Syeikh Al-Imam Al-Habib Syeikh Bin Ahmad Bin Muhammad Bin Abdulloh Ba Faqih Boto Putih Surabaya. Setiap selesai belajar Hadrah di Surabaya konon beliau juga mengajar dibeberapa tempat di Surabaya hususnya di daerah KedungAsem Rungkut dan bersama dengan warga sekitar beliau mengagas pendirian Masjid As Salafiayah Kedung Asem yang sampai sekarang Masjid tersebut keberadaanya sangat bermanfaat bagi warga sekitar serta untuk mengenang jasa beliau Warga Kedung Asem setiap Bulan Dzul Qo’dah memperingati Haul beliau dan mengundang Jam’iyyah ISHARI se- Jawa Timur diceritakan pula bahwa beliau dalam mengarang Syair dan Lagu Sholawat beliau bertafakkur dan berwasilah di Makam Al Habib Alwi AssegafKebon Agung Pasuruan dan dengan seizin Alloh serta berkah dari Karomah Dua Ulama ini, diceritakan bahwaAl Imam Al Habib Alwi AssegafDatang dan membimbing beliau bacaan serta Syair Sholawat yang dalam Anggota ISHARI dikenal dengan istilah Muroddah atau Jawaban. Dan seiring bertambahnya tahun keberadaan jam’iyyah ini semakin banyak pengikutnya dan hampir merata diseluruh Jawa Timur bahkan sampai ke daerah Jawa tengah dan sebagian daerah propinsi Kalimantan. Bahkan diceritakan, bahwa lancarnya perjalanan Musyawarah pembentukan Komite Hijaz tahun 1926 yang menjadi cikal bakal lahirnya Nahdlatul Ulama adalah salah satunya karena diluar arena rapat dilaksanakan kegiatan Hadrah.hal itu dilakukan agar pemerintah colonial belanda tidak curiga bahwa ditempat tersebut (disurabaya di kediaman Alm.KH WAHAB HASBULLOH) tengah dilksanakan sebuah pertemuan ulama pesantren untuk melahirkan NAHDLATUL ULAMA. Dalam memberikan pelajaran bacaan Sholawat, Lagu,Gerakan Roddat, Pukulan Rebana, dan bunyian Keplok Tangan, Beliau KH Abdurrokhim Bin Abdul Hadi mengadakan Latihan Rutinan sebagai sarana Talqin dan Bai’at atas Bacaan Sholawat dan Lagu kepada para Anggota ( Santrinya ) setiap hari Selasa Malam Rabu di kediaman Beliau yaitu di Kelurahan Kebonsari Kota Pasuruan. dan tradisi ini terus berjalan sampai dengan sekarang, dengan urutan sebagai Pengajar (Mursyid) sebagaimana Berikut : 1. KH. ABDURROKHIM Bin ABDUL HADI (Tahun 1918 -1951). 2. KH. MUHAMMAD Bin ABDURROKHIM (Tahun 1951 – 1982). 3. KH. AGUS SAMI’ Bin ABDURROKHIM (Tahun 1982 – 1994) 4. KH. ABDUL HADI Bin ABDURROKHIM (Tahun 1994-1995). 5. KH.MASYKUR Bin MUHAMMAD (1995 – 1997) 6. GUS ABDUL GHOFUR Bin NURURROSUL ( 1997 – Sekarang). Sepeninggal Hadrotus Syeik KH Abdurrokhim( 1951 ) Jam’iyyah ini diteruskan oleh Putra sulung Beliau yaitu KH. MUHAMMAD Bin ABDURROKHIMdan pada masa inilah jam’iyyah hadrah ini resmi berganti nama menjadi ISHARI yaitu pada tanggal 15 Rajab 1378 H / 23 Januari 1959. Hal tersebut dilakukan karena bermunculan kelompok kelompok Hadroh dengan Nama yang berbeda-beda, seperti misalnya Jam’iyyah Hadroh Al Mu’awanah, Jam’iyyah Hadroh Al Musthofa dan lain –lain, maka agar tidak terjadi perpecahan dalam sebuah kegiatan yang isi dan kerja kegiatannya sama serta lahir dari sumber yang sama selanjutnya nama-nama jam’iyyah Hadroh ini disatukan dengan satu nama yaitu “ ISHARI“ kepanjangan dari Ikatan Seni Hadroh Republik Indonesia. Penggunaan kata republik ini selain bertujuan seperti tersebut diatas juga bertujuan agar kumpulan kesenian ini tidak disusupi oleh gerakan kaum Komunis (PKI) yang pada saat itu diceritakan sudah mulai ada tanda – tanda orang- orang PKI ikut dalam kegiatan Jam’iyyah ini. dan baru setelah pelaksanaan MUNAS ISHARI yang pertama Yaitu pada Tahun 1995 di PP Sunan Drajad Paciran Lamongan, makakata Republik dihilangkan sehingga ISHARI Kepanjangan dari Ikatan Seni Hadrah Indonesia. Banyak sekali para Auliya’ dan para Ulama hususnya di Pasuruan dan pada umumnya di wilayah Jawa timur sangat mendukung dan suka sekali terhadap kegiatan ini seperti Al Imam Al Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf Pasuruan, KH ABDUL HAMID Bin Abdulloh Pasuruan, KH Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo, KH Ahmad Qusyaeri Bin Shiddiq Pasuruan, KH ‘Aqib Bin Yasin Pasuruan dan lain – lainnya bahkan takjarang beliau ikut aktif dalam kegiatan Hadroh baik dalam kegiatan Haul atau dalam acara yang lainnya Dan atas usulan para Ulama seperti KH.Makhrus Ali Lirboyo, KH Bisri Sansuri Jombang, KH Idham Kholid Cirebon dan khususnya Ulama di Kabupaten Pasuruan seperti,, KH. Ahmad Jufri Besuk kejayan, KH Mas Imam Pasuruan, KH Abdulloh Bin YasinPasuruan, dan lain lain,serta atas perintah Rois Am PBNU pada saat itu, yaitu Hadrotus Syeikh KH. ABDUL WAHHAB HASBULLOH. Maka ISHARI diputuskan menjadi salah satu badan Otonom di Organisasi NU( Tahun 1961). Sejak itulah maka keberadaan Jam’iyyah ISHARI terstruktur dengan jelas dan kepengurusannya pun berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, Anak Cabang, serta Ranting dan Anak Ranting. Khusus dikabupaten Pasuruan, di kepengurusan ISHARI Kabupaten Pasuruan telah banyak para Tokoh dan Ulama yang mendedikasikan dirinya untuk Aktif menjadi Pengurus baik di jajaran Majlis Hadi Maupun dijajaran Tanfidziyyah, berikut nama Para Tokoh dan Ulama yang pernah menjadi Ketua Tanfidziyah Di Cabang Kabupaten Pasuruan : 1.Al Marhum Al Magfurulah KH. Ahmad Bin Jufri Besuk Kejayan. 2.Al Marhum Al Magfurulah KH Hamzah Bin Ahmad Jufri 3.Al Marhum Al Magfurulah KH. Abdulloh Nasor. 4.Al Marhum Al Magfurulah KH. Zaky Ubaid. 5.Al Marhum Al Magfurulah KH. Nadif Bin Imam. 6.Al Marhum Al Magfurulah Ust Abdul Wahid Nur. 7.Al Marhum Al Magfurulah KH Anshori Nasir B. PERKEMBANGAN DAN PERJALANAN ORGANISASI ISHARI Dalam perjalanannya Jamiyyah ISHARI tidak serta merta berjalan sukses dengan tidak adanya hambatan. Bahkan diceritakan bahwa pada awal perubahan Nama dari Jam’iyyah Hadroh menjadi ISHARI itupun penuh dengan pergolakan dan nyaris menimbulkan perpecahan dimana pada saat itu (sekitar tahun 1959 – 1966 ) kegiatan ini terpecah menjadi dua yaitu: 1. Kegiatan atas Nama ISHARI dibawah komando KH. Muhammad Bin Abdurrokhim selaku Rois Majlis Hadi sekaligus Mursyid yang didukung oleh Para Tokoh NU pada saat itu yang kegiatannya diadakan setiap hari Selasa malam Rabu. 2. Kegiatan atas nama MUSYAWARAH dibawah komando KH Ahadun sebagai Rois Majlis Hadi dan para Tokoh di Kota Pasuruan yang diadakan setiap hari Jum’at malam Sabtu Demikian juga sebagai sebuah Organisasi di tubuh NU keberadaan ISHARI ini pun tak lepas dari perubahan-perubahan.pada Muktamar NU ke 30 tahun 1999 di Lirboyo ISHARI dimasukkan dalam pembinaan LSB NU (Lembaga Seni Budaya NU) dan pada Muktamar NU ke 31 tahun 2004 di Boyolali ISHARI dipindah menjadi organisasi dibawah Binaan Lembaga Jam’iyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (Ketika itu masih jadi lembaga) dan pada Muktamar NU ke 32 di Makasar kalimat “ISHARI “justru lenyap dari AD/ART NU. Sehingga pada saat ini,( disaat belum adanya petunjuk yang jelas atas kedudukan ISHARI di dalam tubuh NU maupun Thoriqoh).maka kepengurusan ISHARI tingkat Wilayah Jawa Timur tengah mengurus Badan Hukum ke Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta dalam upaya melegalkan Organisasi ini. Menyikapi perkembangan yang terjadi serta semakin banyaknya keanggotaan ISHARI di Kabupaten Pasuruan, maka pada tanggal 10 Juni 2012 bertempat di Kecamatan Rejoso, pengurus ISHARI Cabang Kabupaten Pasuruan berupaya mengembalikan jatidiri ISHARI sebagai salah satu kesenian yang bernuansa Ibadah dan berbasis Thoriqoh dengan terus berupaya untuk menciptakan kemandirian Organisasi serta dalam rangka melestarikan satu-satunya kesenian islami yang lahir dipasuruan dan diwariskan oleh para ulamadan Auliya’ di Pasuruan hususnya. Dan hal itu diwujudkan dengan melaksanakan MUSCAB Kabupaten Pasuruan Tahun 2012 dengan agenda 1.Merumuskan kembali PD/PRT ISHARI Cabang Pasuruan . 2.Menyusun Program kerja Organisasi 3.Memilih kepengurusan periode 2012 – 2017. Hasil dari keputusan MUSCAB tersebutakandigunakan untuk mengurus permohonan Badan Hukum. C. BEBERAPA KISAH SEPUTAR KEGIATAN ISHARI Banyak sekali cerita cerita menarik dan bernuasa mistis religious yang terjadi didalam kegiatan ISHARI, baik yang dilakukan oleh para Wali maupun Ulama sehingga dapat menghasilkan kisah menarik dan penuh dengan ketakjuban seperti berikut ini : 1. Pada saat acara haul Mbah Karimah Kembang kuning Surabaya dimana pada acara tersebut pada malam harinya diadakan kegiatan Hadrah oleh Hadrotus Syeikh KH Abdurrokhim dan para Santrinya. Pada acara tersebut seperti biasanya dari pihak penyelenggara menyiapkan jamuan, namun ada yang ganjil dalam jamuan tersebut yaitu ada beberapa serdadu compeni belanda yang bermaksud membunuh KH Abdurrokhim dan para santrinya dengan cara memberikan racun pada makanan dan minuman yang akan diberikan, akan tetapi terjadi keanehan dimana ada sosok yang gagah dan perkasa serta berwajah tampan memakai jubah putih dan berkalung surban hijau datang mencegah kepada para serdadu sehingga para serdadu belanda tersebut lari pontang panting bahkan ada yang pingsan, pada saat dia sadar dari pingsannya maka ditanyailah dia tentang apa yang terjadi, dengan memohon maaf serta penuh rasa menyesal serdadu tersebut bercerita tentang maksud dan tujuannya serta kedatangan sosok yang datang melarang tersebut, ketika ditanyakan kepada Hadrotus Syekh KH Abdurrokhim siapakah sosok tersebut beliau tidak menjawab dan berlalu sambil tersenyum kecil ( subhanalloh !! mungkinkah itu Rosululloh datang menyelamatkan ummatnya yang tengah membaca riwayat beliau dan menyanjung beliau ) “ Cerita ini dari Gus Abdul Ghofur Nur.” 2. lain halnya dikembang kuning lain pula yang terjadi di sidosermo Surabaya dimana pada acara kegiatan Hadroh di situ para ibu ibu dikomplek pondok tersebut banyak yang sinis bahkan mencibir dengan bergumam “ ah , model bacaan maulid apa yang dibawakan kyai Abdurrokhim itu ? “ mungkin pada saat yang bersamaan beliau Hadrotus Syekh mengetahui hal tersebut, sehingga beliau sesumbar dan berkata “ saya tidak akan pernah hadroan disini kalau para ibu-ibu tidak takjub terhadap bacaan yang saya baca nanti, maka subhanalloh lagi-lagi kebesaran Alloh SWT ditunjukkan, ketika kyai mulai membaca Assalamu Alaika zainal Anbiya’I, para ibu ibu di areal komplek datang dengan tanpa rasa malu berduyun duyun melihat dan mendengarkan bacaan Maulid sampai dengan selesai, saking senangnya para ibu-ibu sampai lupa kalau harus menyiapkan hidangan untuk para tamu, maka jadilah acara tersebut diakhiri dengan tanpa ada jamuan karena para ibu-ibunya lupa memasak saking senangnya melihat kyai Abdurrokhim dan para santrinya ber Hadroh-an. “ Cerita ini dari Gus Abdul Ghofur Nur.”

Selasa, 11 Maret 2014

KISAH SANG ROSUL

رَاحَتِ الاَطيَارُ تَشدُو فِى لِيَالىِ المَولِدِ Rohatil athyaru tasydu, fi (bi) layaa lil maulidi, (Burung-burung berkicauan teramat bahagia di malam kelahiran Baginda Nabi SAW) وَبَرِيقُ النُّورِيَبدُو مِن مَعَانِى اَحمَدِ فِى لَيَالِى المَولِدِ wa bariqunnuri yabdu, min ma’aani Ahmadi (Dan kilatan cahaya terpancarkan penuh makna-makna dari Ahmad, yakni Baginda Nabi SAW) Abdullah nama ayahnya Aminah ibundanya Abdul Muthallib kakeknya Abu Thalib pamannya Khadijah istri setia Fathimah putri tercinta Semua bernasab mulia Dari Quraisy ternama Inilah kisah Sang Rasul Yang penuh suka duka Ooh penuh suka duka ... Dua bulan di kandungan Wafat ayahandanya Tahun Gajah dilahirkan Yatim dengan kakeknya Sesuai adat yang ada Disusui Halimah Enam tahun usianya Wafat ibu tercinta Delapan tahun usia Kakek meninggalkannya Abu Thalib pun menjaga Paman paling membela Saat kecil penggembala Dagang saat remaja Umur dua puluh lima Memperistri Khadijah Di umur ketiga puluh Mempersatukan bangsa Saat peletakan batu Hajar Aswad mulia Genap empat puluh tahun Mendapatkan risalah Ia pun menjadi Rasul Akhir para Anbiya

Selasa, 14 Januari 2014

HIKRILAD

HIKRILAD HIMPUNAN KADERISASI REMAJA ISLAM LANGGAR DARUL ISTIQOMAH MANYAR GRESIK

Rabu, 01 Januari 2014

HAJI NUNUT

Assalamu’alaikum Wr. Wb. sohabat muslim sejati, “Setiap ada kemauan pasti ada jalan” Agaknya pepatah ini memang benar adanya dgn pembuktian kisah nyata dari Bpk Hj Choirun ^^ Berangkat haji adalah cita-cita semua umat muslim, berikut ini adalah sebuah kisah menyentuh yang dapat menginspirasi kita semua ^-^ Namanya Choirun Nasichien, seorang lelaki paruh baya sederhana dari Jombang. Bicaranya sangat lugu dan sikapnya teramat polos. Choirun dilahirkan dari keluarga miskin. Sehari-hari ia memang orang yang dikenal religius di kampungnya. Eloknya, saking seringnya memakai topi haji putih, sehari-hari Choirun sudah sering dipanggil dengan sebutan ‘Haji’ oleh warga kampungnya, meski dia belum pernah ke Tanah Suci. Ongkos naik haji saat itu sekitar Rp 6 juta tak terjangkau koceknya. Padahal, keinginan warga asli Sumobito, Jombang, Jawa Timur, untuk berhaji sudah mengganggu benaknya sejak tahun 1990. Tak hanya berdoa, Choirun juga rajin mengikuti undian berhadiah sebagai modal untuk membayar ONH. Pernah ia mengirim 900 lembar kupon sebuah undian! Niatnya berhaji tak terbendung lagi ketika dia memenangi sebuah undian sampo pada 1992. Choirun menerima hadiah berupa emas seberat lima gram. Setelah diuangkan menjadi Rp 70 ribu, Choirun memakainya sebagai persiapan mengikut haji tahun itu juga. “Uangnya saya belikan sandal, pakaian ihram, dan perlengkapan haji yang lain,” kata pria yang bekerja sebagai petani dan pedagang ini. Merasa tak cukup bekal, pria 45 tahun ini mencari kiat jitu. Sederhana saja. Dia ingin menerapkan kebisaannya nunut kendaraan bermotor, utamanya truk, jika ingin pergi ke mana-mana tanpa ongkos. “Seperti naik truk, kalau nanti saya disuruh turun, ya, turun. Wong namanya nunut,” kata pria yang betah melajang ini. Entah karena kepolosannya itu, niat Choirun terbukti mulus-mulus saja. Berbekal uang Rp 49.950, sisa penjualan emas hadiah, ditambah Rp 5 ribu dari ibunya, Siti Khoniah, Choirun mantap pergi haji. “Pada ibu, saya bilang jika dalam satu dua hari itu saya nggak kembali, berarti saya bisa naik haji. Benar juga kan? Senin berangkat, Selasa pulang, Rabu sampai Jombang,” katanya. Dari Jombang ia naik bis ke Surabaya dan diteruskan dengan bemo ke bandara. Choirun sempat kecewa karena tak tampak jamaah haji akan berangkat. Namun, oleh seseorang ia diberitahu bahwa sore hari ada satu rombongan haji akan berangkat. Benar saja, pukul 19.00 WIB Kloter IX telihat turun dari bis siap berangkat. Ketika melompat pagar masuk ke pesawat yang parkir di Bandara Juanda, dia masuk lewat pagar di ujung timur ruang kedatangan internasional. ”Sambil wirid, saya jalan biasa saja. Tidak ada yang menegur sampai saya berada di atas pesawat.” Tanpa ragu, Choirun bergabung dengan rombongan tanpa satu pun Jamaah Calon Haji (JCH) merasa janggal, apalagi petugas bandara. Malah tanpa kecurigaan, ia sempat berfoto-foto sebagai kenangan. Sadar jika ia nunut, di dalam pesawat Chorun tak memilih kursi bernomor. Ada empat kursi pramugari di bagian lambung yang kosong. Di situlah ia duduk hingga seorang pramugari menegurnya saat pesawat sudah terbang menuju Jeddah. “Saya jawab nggak apa-apa karena saya nunut,” katanya. Si pramugari tersenyum saja karena disangka bercanda. Hingga para jamaah memperolah jatah makan dan minum, posisi Choirun masih aman. Entah kenapa, di tengah penerbangan, seorang pramugari meminta dokumen perjalanan Choirun. Pria desa yang tak paham apa itu paspor dan dokumen JCH akhirnya membuat geger seisi pesawat. Sadarlah JCH Kloter IX bahwa ada seorang penumpang gelap yang nunut di pesawat Garuda tersebut. Untung ada JCH yang satu desa dengan Choirun di Ngrumek, Sumobito, Jombang, mengenal Choirun. Namanya Pak Harto, juragan ikan, dan Pak Yazid. “Pak Yazid Abdullah itu guru madrasah saya. Beliau meyakinkan kalau saya bukan orang gila. Dia juga bilang, saya warga satu desa dengannya. Saya miskin, tapi berniat betul menjadi haji karena sudah lama dipanggil Pak Haji,” jlentrehnya. Meski sempat bikin heboh, di sepanjang perjalanan ke Jeddah, Choirun justru beroleh simpati seisi pesawat. Bahkan, dari rapat kru pesawat dan ketua rombongan, mulanya Choirun akan diupayakan memperoleh paspor. Sementara biaya akan ditanggung bersama oleh semua jamaah Kloter IX. Tapi, akhirnya, Choirun diputuskan harus kembali ke tanah air. Sempat disembunyikan kru pesawat dalam toilet pesawat selama satu jam untuk menghindari pemeriksaan Imigrasi Kerajaan Arab Saudi di Bandara King Abdul Aziz. Bahkan, agar petugas imigrasi tidak curiga, toilet pesawat ditulisi ‘rusak’. Trik jitu ini membuat Choirun tak sampai berurusan dengan aparat keamanan Arab Saudi. Selama menunggu pesawat kembali ke Indonesia, Choirun hanya bisa menangis dalam toilet. Singkatnya, Choirun dipulangkan langsung hari itu juga. Dalam perjalanan, dia malah merasa dimanjakan. Dia menjadi satu-satunya penumpang di pesawat berkapasitas 500-an kursi itu. Dia bisa menyaksikan film serta menikmati makanan kesukaannya. “Kayak wong sugih, aku iso carter pesawat. Opo ora hebat? Hehehe…,” ungkapnya. Kasus Choirun ini mendapat liputan luas dari media massa saat itu. Maka, dia pun dijuluki “Haji Nunut.” Choirun kemudian mendapat simpati dari berbagai pihak, termasuk sebuah media harian di Jawa Timur yang menulis kisahnya secara berseri. Ada pengalaman menarik lainnya yang dialami Choirun . Meski ia tidak berurusan dengan pihak imigrasi, kepolisian, dan bandara, karena ia nyelonong masuk ke pesawat tanpa izin petugas , dia harus berurusan dengan Detasmen Intelijen (Denintel) Kodam V/Brawijaya di Wonocolo. Berhari-hari dia menginap di sana untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maklumlah, pada zaman Orde Baru, Den Intel cukup besar pengaruhnya dalam berbagai persoalan. Wartawan yang salah nulis pun harus ‘disekolahkan’ di Wonocolo. Nah, ketika pulang dari Wonocolo, di bawah mata Choirun terlihat seperti bekas benda tumpul. Bekas itu masih ada hingga sekarang. Namun, ketika ditanya ia mengaku jatuh terpeleset di kamar mandi ketika dimintai keterangan di Wonocolo. “Saya tidak diapa-apakan kok,” katanya. Kisahnya nunut pesawat mengetuk hati beberapa dermawan, ada lebih dari empat pihak yang menawarkan ONH gratis untuk Choirun. Salah satunya Haji Tosim yang akhirnya memberangkatkan haji si Choirun pada 1994. Menariknya, saat ia benar-benar berhaji tahun itu, Choirun sempat memasuki kawasan Istana Raja Fadh, yang merupakan kawasan tertutup bagi orang biasa. Dalam komplek istana itu pula ia sempat bertemu dengan rombongan pejabat dari Indonesia, antara lain Pangab Jenderal Faisal Tanjung dan Mendikbud Wardiman Djojonegoro. Pada tahun 2005, seorang pengusaha yang juga menaruh simpati padanya juga memberikan fasilitas Choirun naik haji gratis. Kini, Choirun sering diminta berbagai kalangan untuk membacakan doa dalam hajatan atau memberikan tausiyah di majelis taklim. Meski sudah dua kali naik haji (beneran), Choirun Nasichien masih tetap dijuluki ‘Haji Nunut’. Sahabat Muslim Sejati Allah pernah berfirman… “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” QS. ar-Ra’d (13) : 11 Percayalah sahabat, apapun keinginan Anda insya’allah selama itu berada di jalan Allah, selama Anda mau ber do’a dan berusaha dengan sungguh-sunguh maka Allah akan mengabulkannya ^-^ Silahkan share kisah ini pada teman dan keluarga Anda agar tidak ada lagi yg berputus asa akan cita-cita dan impian mereka, terimakasih ^