Senin, 06 Juni 2011

ISHARI BANGIL TAMPIL DISENAYAN

Puncak peringatan hari lahir (Harlah) ke-82 NU di stadion utama Gelora Bung Karno Jakarta, Minggu (31/1), menjadi pengalaman indah bagi pengurus cabang Ishari Bangil. Sebab, mereka tampil sebagai salah satu pengisi acara di momen besar itu.

Harlah ke-82 NU dirayakan besar-besaran di stadion utama GBK Jakarta. Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi mengundang Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia (Ishari) Bangil untuk tampil di acara itu. Undangan tersebut menjadi tantangan sekaligus kehormatan.

Awalnya, anggota yang diharapkan datang sebanyak 1.000 orang. Jumlah yang tidak sedikit. Para Pengurus Cabang (PC) dan Majelis Wakil Cabang NU Bangil kemudian berembug membicarakannya.

Hasilnya, mereka hanya sanggup mengumpulkan 200 orang. Itulah kekuatan maksimal yang bisa dikerahkan. Dua ratus orang itu berasal dari masing-masing Anak Cabang. Antara lain, Prigen, Pandaan, Rembang, Bangil, Beji, dan Gempol. “Kami menyebutnya Priparbabeg,” tutur Ketua PC Ishari Bangil H Murtadji Junaedi saat ditemui di kediamannya kemarin.

Dua ratus orang itu kemudian berbagi tugas. Ada yang kebagian menjadi hadi atau vokalis. Dalam bidang ini dipasrahkan kepada Sanafi dan Rahmat. Tiga belas orang lainnya kebagian menabuh rebana. Sedangkan sisanya ikut menyemarakkannya. Belum lagi tujuh orang yang mendapat tugas mengurusi administratif perjalanan mereka.

Setelah mendapat tugas masing-masing, mereka langsung menjalani latihan. Mereka latihan dua hari sekali. Sampai akhirnya, waktu yang ditentukan pun tiba. Mereka berangkat Jumat (1/2) di depan Masjid Jamik, Bangil. “Kami latihan enam kali selama di sini (Bangil, Red)” kata Murtadji.

Pemberangkatan mereka cukup istimewa. Mereka dilepas langsung oleh Bupati Pasuruan Jusbakir Aldjufri. Empat bus meluncur ke Jakarta. “Kami bangga karena menjadi satu-satunya PC Ishari yang diundang dalam acara tersebut,” imbuh Murtadji.

Sampai di Jakarta, mereka menginap di Asrama Haji Pondok Gede. Di tempat itu, mereka latihan lagi. Latihan itu sebagai pemantapan terakhir sebelum pementasan. Sedangkan tujuh orang yang lain mengecek kesiapan di lapangan.

Ketika hari yang ditentukan telah datang, mereka telah siap. Protokoler kepresidenan mewajibkan mereka harus berangkat tepat pukul 05.30 WIB. Kewajiban itu pun dipenuhi. Mereka meluncur ke Gelora Bung Karno dengan dikawal petugas kepolisian.

Selama perjalanan menuju stadion Gelora Bung Karno, pemandangan yang terlihat sungguh di luar dugaan. Kerumunan orang sudah terlihat dari kejauhan. Belum lagi ketika masuk ke dalam, sekitar 300 ribu orang memadati gelanggang terbesar di Indonesia itu.

Murtadji dan yang lain melihat pemandangan begitu takjub. Sebuah panggung telah disediakan panitia bagi mereka. Panggung ini lebih besar dibanding satu panggung yang lain. Ukurannya sekitar 20×30 meter persegi.

Di panggung inilah mereka akan unjuk kebolehan. Sedangkan panggung yang lain untuk tempat OM Soneta dan pertunjukan pencak silat. Dan di antara kedua panggung itu adalah tribun bagi tamu kehormatan, seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wapres Jusuf Kalla, termasuk Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi.

Ishari Bangil tampil sebagai pembuka acara. Mereka mengawalinya dengan Muhud Habibun (Iltiham). Semuanya duduk menyanyikan puji-pujian sebagai wujud rasa cinta kasih kepada Rasululllah.

Gemuruh tepuk tangan terdengar ketika penampilan pertama itu selesai. Usai Presiden SBY memberikan sambutan, Ishari Bangil tampil lagi untuk kali kedua. Kali ini mereka harus memaksa Presiden SBY berdiri lagi. Sebab, penampilan itu dilakukan dengan cara berdiri. “Mahallul Qiyam harus dilakukan dengan berdiri. Jadi semua harus berdiri,” kata Murtadji yang juga pengajar Ponpes Salafiyah Putri di Bangil itu.

Ya nabi salam Alaika. Ya Rasul salam alaika. Ya nabi bisalam Alaika. Sholawatullah Alaika. Demikian puji-pujian itu dikumandangkan dengan iringan rebana. Selama 15 menit puji-pujian itu berkumandang di Gelora Bung Karno.

Rasa haru menyeruak di hati semua orang yang mendengarkan. “Ada kepercayaan, ketika itu diperdengarkan, maka ruh Nabi Muhammad SAW hadir di majelis itu,” ujar Murtadji.

Selesai acara, rombongan Ishari Bangil diliputi rasa bahagia sekaligus bangga. Mereka bisa tampil maksimal untuk acaranya NU, apalagi disaksikan langsung oleh Presiden. “Saya melihat seluruh personel begitu bahagia. Itulah yang membuat saya senang, karena penampilan kami membuat orang terharu,” kenang Murtadji.