Kamis, 23 Oktober 2014

SEJARAH ISHARI GRESIK

A. SEJARAH BERDIRINYA ISHARI. ISHARI pada awal pendiriannya bernama Jam’iyyahHadrah yaitu sebuah kumpulan yang berkegiatan kesenian Rebana dengan diiringi Bacaan Sejarah kelahiran dan Perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW (Perpaduan antara Kitab Maulid Syaroful anam dan Kitab Diwan Al Hadroh) dengan paduan gerakan dan bunyian keplok tangan yang teratur dan indah sehingga terpadu antara bunyi Rebana, Suara merdu dari pembawa Syair sahutan jawaban bacaan Solawat dari para peserta serta gerakan gerakan yang menandakan rasa Syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jam’iyyah ini didirikan Oleh Hadrotus Syeikh KH. ABDURROKHIM Bin ABDUL HADI di Pasuruansekitar tahun1918 – an.dan beliau wafat di Pasuruan Pada Bulan Dzul Qo’dah Tahun 1370 H / 1952 M dan dimakamkan di Pemakaman Belakang Masjid Jami’ Al –Anwar Kota Pasuruan Kata Hadroh itu sendiri secara bahasa mengandung tiga makna yaitu : a) Hadroh dengan makna Hadir atau datang yaitu dimaksudkan Jam’iyyah Hadroh ini adalah sebuah kumpulan kesenian Rebana yang berisi bacaan Sholawat dan sanjungan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dengan tujuan menghadirkan Rosululloh Baik melalui pengertian Dhohir atau Pengertian Ma’nawi yang artinya diharapkan Prilaku Anggota Jam’iyyah ini menjadi baik karena tertanam kehadiran luhurnya Akhlaq Rosulillah dalam kehidupan sehari-hari sebagai akibat dari pengaruh Bacaan yang dibaca. b) Hadroh dengan makna menghaturkan/mempersembahkan yaitu bahwa Jam’iyyah Hadroh ini adalah sebuah kumpulan Ibadah Bacaan Sholawat, pujian, Dzikir yang dipersembahkan kepada Baginda Nabi sebagai refleksi dari rasa Syukur karna kita semua ditakdirkan oleh Alloh menjadi Ummat Beliau yang berpredikat sebaik – baik Ummat ( Khoirul Umam ). c) Hadroh dengan Makna Hadroh maut yaitu nama sebuah kota di Negara Yaman Bagian selatan yang terkenal dengan sebutan Kotanya para Waliyulloh, yang berarti bahwa Jam’iyyah Hadroh ini adalah Kesenian yang bernuansa Ibadah yang bemula dan berasal dari kota tersebut. Beliau KH Abdur Rochim mendapatkan karya yang mulya ini atas Ijazah dari ayahanda beliau KH Abdul hadi, dari Ayahandanya KH Abdur Rohman Bawean Gresik, dari Al-Habib Ling Banahsan Pegiri’an Surabaya, dari Al-Habib Segaf As-Segaf pegiri’an Surabaya, dari Al-Habib Ahmad Bin Abdulloh Ba Faqih Boto Putih Surabaya, dari Guru Beliau Hadrotus Syeikh Al-Imam Al-Habib Syeikh Bin Ahmad Bin Muhammad Bin Abdulloh Ba Faqih Boto Putih Surabaya. Setiap selesai belajar Hadrah di Surabaya konon beliau juga mengajar dibeberapa tempat di Surabaya hususnya di daerah KedungAsem Rungkut dan bersama dengan warga sekitar beliau mengagas pendirian Masjid As Salafiayah Kedung Asem yang sampai sekarang Masjid tersebut keberadaanya sangat bermanfaat bagi warga sekitar serta untuk mengenang jasa beliau Warga Kedung Asem setiap Bulan Dzul Qo’dah memperingati Haul beliau dan mengundang Jam’iyyah ISHARI se- Jawa Timur diceritakan pula bahwa beliau dalam mengarang Syair dan Lagu Sholawat beliau bertafakkur dan berwasilah di Makam Al Habib Alwi AssegafKebon Agung Pasuruan dan dengan seizin Alloh serta berkah dari Karomah Dua Ulama ini, diceritakan bahwaAl Imam Al Habib Alwi AssegafDatang dan membimbing beliau bacaan serta Syair Sholawat yang dalam Anggota ISHARI dikenal dengan istilah Muroddah atau Jawaban. Dan seiring bertambahnya tahun keberadaan jam’iyyah ini semakin banyak pengikutnya dan hampir merata diseluruh Jawa Timur bahkan sampai ke daerah Jawa tengah dan sebagian daerah propinsi Kalimantan. Bahkan diceritakan, bahwa lancarnya perjalanan Musyawarah pembentukan Komite Hijaz tahun 1926 yang menjadi cikal bakal lahirnya Nahdlatul Ulama adalah salah satunya karena diluar arena rapat dilaksanakan kegiatan Hadrah.hal itu dilakukan agar pemerintah colonial belanda tidak curiga bahwa ditempat tersebut (disurabaya di kediaman Alm.KH WAHAB HASBULLOH) tengah dilksanakan sebuah pertemuan ulama pesantren untuk melahirkan NAHDLATUL ULAMA. Dalam memberikan pelajaran bacaan Sholawat, Lagu,Gerakan Roddat, Pukulan Rebana, dan bunyian Keplok Tangan, Beliau KH Abdurrokhim Bin Abdul Hadi mengadakan Latihan Rutinan sebagai sarana Talqin dan Bai’at atas Bacaan Sholawat dan Lagu kepada para Anggota ( Santrinya ) setiap hari Selasa Malam Rabu di kediaman Beliau yaitu di Kelurahan Kebonsari Kota Pasuruan. dan tradisi ini terus berjalan sampai dengan sekarang, dengan urutan sebagai Pengajar (Mursyid) sebagaimana Berikut : 1. KH. ABDURROKHIM Bin ABDUL HADI (Tahun 1918 -1951). 2. KH. MUHAMMAD Bin ABDURROKHIM (Tahun 1951 – 1982). 3. KH. AGUS SAMI’ Bin ABDURROKHIM (Tahun 1982 – 1994) 4. KH. ABDUL HADI Bin ABDURROKHIM (Tahun 1994-1995). 5. KH.MASYKUR Bin MUHAMMAD (1995 – 1997) 6. GUS ABDUL GHOFUR Bin NURURROSUL ( 1997 – Sekarang). Sepeninggal Hadrotus Syeik KH Abdurrokhim( 1951 ) Jam’iyyah ini diteruskan oleh Putra sulung Beliau yaitu KH. MUHAMMAD Bin ABDURROKHIMdan pada masa inilah jam’iyyah hadrah ini resmi berganti nama menjadi ISHARI yaitu pada tanggal 15 Rajab 1378 H / 23 Januari 1959. Hal tersebut dilakukan karena bermunculan kelompok kelompok Hadroh dengan Nama yang berbeda-beda, seperti misalnya Jam’iyyah Hadroh Al Mu’awanah, Jam’iyyah Hadroh Al Musthofa dan lain –lain, maka agar tidak terjadi perpecahan dalam sebuah kegiatan yang isi dan kerja kegiatannya sama serta lahir dari sumber yang sama selanjutnya nama-nama jam’iyyah Hadroh ini disatukan dengan satu nama yaitu “ ISHARI“ kepanjangan dari Ikatan Seni Hadroh Republik Indonesia. Penggunaan kata republik ini selain bertujuan seperti tersebut diatas juga bertujuan agar kumpulan kesenian ini tidak disusupi oleh gerakan kaum Komunis (PKI) yang pada saat itu diceritakan sudah mulai ada tanda – tanda orang- orang PKI ikut dalam kegiatan Jam’iyyah ini. dan baru setelah pelaksanaan MUNAS ISHARI yang pertama Yaitu pada Tahun 1995 di PP Sunan Drajad Paciran Lamongan, makakata Republik dihilangkan sehingga ISHARI Kepanjangan dari Ikatan Seni Hadrah Indonesia. Banyak sekali para Auliya’ dan para Ulama hususnya di Pasuruan dan pada umumnya di wilayah Jawa timur sangat mendukung dan suka sekali terhadap kegiatan ini seperti Al Imam Al Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf Pasuruan, KH ABDUL HAMID Bin Abdulloh Pasuruan, KH Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo, KH Ahmad Qusyaeri Bin Shiddiq Pasuruan, KH ‘Aqib Bin Yasin Pasuruan dan lain – lainnya bahkan takjarang beliau ikut aktif dalam kegiatan Hadroh baik dalam kegiatan Haul atau dalam acara yang lainnya Dan atas usulan para Ulama seperti KH.Makhrus Ali Lirboyo, KH Bisri Sansuri Jombang, KH Idham Kholid Cirebon dan khususnya Ulama di Kabupaten Pasuruan seperti,, KH. Ahmad Jufri Besuk kejayan, KH Mas Imam Pasuruan, KH Abdulloh Bin YasinPasuruan, dan lain lain,serta atas perintah Rois Am PBNU pada saat itu, yaitu Hadrotus Syeikh KH. ABDUL WAHHAB HASBULLOH. Maka ISHARI diputuskan menjadi salah satu badan Otonom di Organisasi NU( Tahun 1961). Sejak itulah maka keberadaan Jam’iyyah ISHARI terstruktur dengan jelas dan kepengurusannya pun berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, Anak Cabang, serta Ranting dan Anak Ranting. Khusus dikabupaten Pasuruan, di kepengurusan ISHARI Kabupaten Pasuruan telah banyak para Tokoh dan Ulama yang mendedikasikan dirinya untuk Aktif menjadi Pengurus baik di jajaran Majlis Hadi Maupun dijajaran Tanfidziyyah, berikut nama Para Tokoh dan Ulama yang pernah menjadi Ketua Tanfidziyah Di Cabang Kabupaten Pasuruan : 1.Al Marhum Al Magfurulah KH. Ahmad Bin Jufri Besuk Kejayan. 2.Al Marhum Al Magfurulah KH Hamzah Bin Ahmad Jufri 3.Al Marhum Al Magfurulah KH. Abdulloh Nasor. 4.Al Marhum Al Magfurulah KH. Zaky Ubaid. 5.Al Marhum Al Magfurulah KH. Nadif Bin Imam. 6.Al Marhum Al Magfurulah Ust Abdul Wahid Nur. 7.Al Marhum Al Magfurulah KH Anshori Nasir B. PERKEMBANGAN DAN PERJALANAN ORGANISASI ISHARI Dalam perjalanannya Jamiyyah ISHARI tidak serta merta berjalan sukses dengan tidak adanya hambatan. Bahkan diceritakan bahwa pada awal perubahan Nama dari Jam’iyyah Hadroh menjadi ISHARI itupun penuh dengan pergolakan dan nyaris menimbulkan perpecahan dimana pada saat itu (sekitar tahun 1959 – 1966 ) kegiatan ini terpecah menjadi dua yaitu: 1. Kegiatan atas Nama ISHARI dibawah komando KH. Muhammad Bin Abdurrokhim selaku Rois Majlis Hadi sekaligus Mursyid yang didukung oleh Para Tokoh NU pada saat itu yang kegiatannya diadakan setiap hari Selasa malam Rabu. 2. Kegiatan atas nama MUSYAWARAH dibawah komando KH Ahadun sebagai Rois Majlis Hadi dan para Tokoh di Kota Pasuruan yang diadakan setiap hari Jum’at malam Sabtu Demikian juga sebagai sebuah Organisasi di tubuh NU keberadaan ISHARI ini pun tak lepas dari perubahan-perubahan.pada Muktamar NU ke 30 tahun 1999 di Lirboyo ISHARI dimasukkan dalam pembinaan LSB NU (Lembaga Seni Budaya NU) dan pada Muktamar NU ke 31 tahun 2004 di Boyolali ISHARI dipindah menjadi organisasi dibawah Binaan Lembaga Jam’iyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (Ketika itu masih jadi lembaga) dan pada Muktamar NU ke 32 di Makasar kalimat “ISHARI “justru lenyap dari AD/ART NU. Sehingga pada saat ini,( disaat belum adanya petunjuk yang jelas atas kedudukan ISHARI di dalam tubuh NU maupun Thoriqoh).maka kepengurusan ISHARI tingkat Wilayah Jawa Timur tengah mengurus Badan Hukum ke Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta dalam upaya melegalkan Organisasi ini. Menyikapi perkembangan yang terjadi serta semakin banyaknya keanggotaan ISHARI di Kabupaten Pasuruan, maka pada tanggal 10 Juni 2012 bertempat di Kecamatan Rejoso, pengurus ISHARI Cabang Kabupaten Pasuruan berupaya mengembalikan jatidiri ISHARI sebagai salah satu kesenian yang bernuansa Ibadah dan berbasis Thoriqoh dengan terus berupaya untuk menciptakan kemandirian Organisasi serta dalam rangka melestarikan satu-satunya kesenian islami yang lahir dipasuruan dan diwariskan oleh para ulamadan Auliya’ di Pasuruan hususnya. Dan hal itu diwujudkan dengan melaksanakan MUSCAB Kabupaten Pasuruan Tahun 2012 dengan agenda 1.Merumuskan kembali PD/PRT ISHARI Cabang Pasuruan . 2.Menyusun Program kerja Organisasi 3.Memilih kepengurusan periode 2012 – 2017. Hasil dari keputusan MUSCAB tersebutakandigunakan untuk mengurus permohonan Badan Hukum. C. BEBERAPA KISAH SEPUTAR KEGIATAN ISHARI Banyak sekali cerita cerita menarik dan bernuasa mistis religious yang terjadi didalam kegiatan ISHARI, baik yang dilakukan oleh para Wali maupun Ulama sehingga dapat menghasilkan kisah menarik dan penuh dengan ketakjuban seperti berikut ini : 1. Pada saat acara haul Mbah Karimah Kembang kuning Surabaya dimana pada acara tersebut pada malam harinya diadakan kegiatan Hadrah oleh Hadrotus Syeikh KH Abdurrokhim dan para Santrinya. Pada acara tersebut seperti biasanya dari pihak penyelenggara menyiapkan jamuan, namun ada yang ganjil dalam jamuan tersebut yaitu ada beberapa serdadu compeni belanda yang bermaksud membunuh KH Abdurrokhim dan para santrinya dengan cara memberikan racun pada makanan dan minuman yang akan diberikan, akan tetapi terjadi keanehan dimana ada sosok yang gagah dan perkasa serta berwajah tampan memakai jubah putih dan berkalung surban hijau datang mencegah kepada para serdadu sehingga para serdadu belanda tersebut lari pontang panting bahkan ada yang pingsan, pada saat dia sadar dari pingsannya maka ditanyailah dia tentang apa yang terjadi, dengan memohon maaf serta penuh rasa menyesal serdadu tersebut bercerita tentang maksud dan tujuannya serta kedatangan sosok yang datang melarang tersebut, ketika ditanyakan kepada Hadrotus Syekh KH Abdurrokhim siapakah sosok tersebut beliau tidak menjawab dan berlalu sambil tersenyum kecil ( subhanalloh !! mungkinkah itu Rosululloh datang menyelamatkan ummatnya yang tengah membaca riwayat beliau dan menyanjung beliau ) “ Cerita ini dari Gus Abdul Ghofur Nur.” 2. lain halnya dikembang kuning lain pula yang terjadi di sidosermo Surabaya dimana pada acara kegiatan Hadroh di situ para ibu ibu dikomplek pondok tersebut banyak yang sinis bahkan mencibir dengan bergumam “ ah , model bacaan maulid apa yang dibawakan kyai Abdurrokhim itu ? “ mungkin pada saat yang bersamaan beliau Hadrotus Syekh mengetahui hal tersebut, sehingga beliau sesumbar dan berkata “ saya tidak akan pernah hadroan disini kalau para ibu-ibu tidak takjub terhadap bacaan yang saya baca nanti, maka subhanalloh lagi-lagi kebesaran Alloh SWT ditunjukkan, ketika kyai mulai membaca Assalamu Alaika zainal Anbiya’I, para ibu ibu di areal komplek datang dengan tanpa rasa malu berduyun duyun melihat dan mendengarkan bacaan Maulid sampai dengan selesai, saking senangnya para ibu-ibu sampai lupa kalau harus menyiapkan hidangan untuk para tamu, maka jadilah acara tersebut diakhiri dengan tanpa ada jamuan karena para ibu-ibunya lupa memasak saking senangnya melihat kyai Abdurrokhim dan para santrinya ber Hadroh-an. “ Cerita ini dari Gus Abdul Ghofur Nur.”