Minggu, 03 April 2011

Guyonan Ala Gusdur

Gitu aja kok repot.

Wacana politik paling populer saat Gus Dur jadi Presiden adalah kalimat “gitu saja kok repot!” Kini Papua bergolak akibat ulah investor. Kalimat dari Gus Dur itu pun hadir kembali di tengah kita dengan sedikit modifikasi: “Gitu saja kok Freeport!”

Gendut

Seorang ibu agak kuatir mengamati pertumbuhan anak gadisnya, Si Tumpluk, yang punya selera makan luar biasa. Setiap saat badannya bertambah tambun saja. Oleh karenanya, suatu hari ia menasihati sang anak.

Ibu : “Begini Nak, Ibu anjurkan agar setiap pagi kamu sarapan bubur saja!”
Tumpluk : “Baik, Bu. Sarapan buburnya sebelum atau sesudah makan pagi ????

3 polisi yang baik

Saat ngobrol-ngobrol santai dengan para wartawan, di rumahnya JL Warung Silah Ciganjur, Kamis (17/3) siang, Gus Dur melontarkan lelucon soal polisi. Lelucon yang sebenarnya juga kritikan itu dilontarkannya menjawab pertanyaan wartawan perihal moralitas polisi yang kian banyak dipertanyakan.
“Polisi yang baik itu cuma tiga. Pak Hugeng almarhum bekas Kapolri, patung polisi dan polisi tidur,” selorohnya.

Tunggulah Usia sama

Sudah lama Bagong naksir cewek yang tinggal di kampung sebelah. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Cewek itu menerima cinta Bagong dengan sepenuh hati, meski “Proklamasi cinta” Bagong dilakukan di gang sempit di pinggir selokan.

Sayang, kisah kasih di selokan itu tidak berjalan mulus. Orangtua si gadis keberatan karena Bagong belum bekerja. Namun, keduanya pantang menyerah. Bahkan, setelah beberapa bulan menjalin kasih, Bagong memberanikan diri melamar. Ia menemui ayah si gadis.

“Pak, kami sudah saling cinta, maka kami akan menikah. Kapan saya boleh menikahi anak bapak?” kata Bagong. Ayah si gadis jelas menolak. Namun untuk berkata terus terang, ia tidak sampai hati.

“Begina Nak Bagong. Bukan saya keberatan, tapi tunggulah saat yang tepat. Saat ini umur anak saya 20 tahun, umur Nak Bagong 24 tahun. Jadi, tunggulah sampai umur kalian sama,” kata si bapak. Kontan saja si Bagong langsung pingsan ….



Jin dan Tiga Manusia

Jin dan Tiga Manusia Menurut Gus Dur, pernah ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika dan Indonesia. Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan.

Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu, dan menwarkan jasa. “Kalian boleh minta apa saja, akan kupenuhi,” kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah si orang Perancis.

“Saya ini petugas lembaga sosial di Paris,” katanya.
“Banyak orang yang memerlukan tenaga saya. Jado tolonglah saya dikembalikan ke negeri saya.” Dalam sekejap, orang itu lenyap, kembali ke negerinya.

“Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?”

“Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah saya dikembalikan ke Washington.”

“Oke,” kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Dan orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negerinya.

“Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu.”

” Duh, Pak Jin, sepi banget disini,” keluh si orang Indonesia. “Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini.”

Zutt, orang Perancis dan Pria Amerika itu muncul lagi.

Gus dur beli pesawat

Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat dulu, Pertengahan tahun 2000, Gus Dur bertemu dengan eksekutif puncak Boeing, industri pusat raksasa pesawat terbang. Orang pun bertanya-tanya, apa pula urusannya Gus Dur dengan pembuat pesawat itu? Memangnya dia ahli pesawat terbang seperti Habibie?

Akhirnya kepala protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi mengungkapkan maksud pertemuan itu, Gus Dur mau beli pesawat kepresidenan, yang selama ini memang tidak pernah dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Kebiasaan Gus Dur tetap ampuh, bikin pernyataan kontroversial di luar negeri, dan menimbulkan reaksi di dalam negeri.

Pers Indonesia pun sibuk mengusut rencana pembelian pesawat yang waktunya dirasa tidak tepat itu. Krisis ekonomi saja sama sekali terlihat belum diatasi, lha kok Presiden RI mau punya pesawat pribadi. “Perlu dong,” kata Wahyu Muryadi sambil membandingkan dengan Presiden Amerika serikat, yang sudah lama memiliki air force one yang mewah itu.

Dari mana uang puluhan juta dollar untuk membeli pesawat itu? Menko Rizal Ramli, yang bekas aktivis dan pengamat ekonomi yang kritis kok malah bilang siap melaksanakan dan uang untuk pembelian pesawat sudah ada. Apa ini bukan pemborosan uang negara? Apa memang ada “uang nganggur” di laci pemerintah? Apa Rizal Ramli ingin cari muka kepada bosnya?

Mendengar sikap siap melaksanakan Rizal Ramli, kritik publik kian gencar. Sampai Gus Dur sendiri kembali ke Jakarta.

Wartawan bertanya,”Gus, mengapa Anda merasa perlu membeli pesawat Boeing itu?”

Jawab Gus Dur, “Lho, siapa yang mau beli pesawat?”

Wahyu Muryadi dan Rizal Ramli kali ini yang pusing. Sudah sibuk membela rencana Gus Dur, eh yang dibela malah membantahnya.

Kuli dan Kyai

Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab.

Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!

Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka:

“Lho kenapa Anda berkerumun di sini?”

“Mereka terlihat sangat fasih berdo’a, apalagi pakai serban, mereka itu pasti kyai.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar