Rabu, 26 Desember 2012

sejarah silat IPSI

Pencak silat merupakan salah satu hasil budaya bangsa Indonesia yang bersifat turun temurun, yang terdiri dari berbagai perguruan atau aliran pencak silat. Istilah pencak silat sendiri mulai dipakai sejak berdirinya organisasi pencak silat Indonesia, yakni Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi pencak silat di Indonesia yang disebut dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia atau disingkat IPSI didirikan pada tanggal 18 mei 1948 di Surakarta, diprakarsai oleh Mr. Wongsonegoro, yang saat itu menjabat sebagai ketua pusat kebudayaan Kedu (Lubis, 2004:2). Organisasi pencak silat di Indonesia terdiri dari berbagai macam perguruan pencak silat. Beberapa perguruan tersebut diantaranya adalah: Perisai Putih, Putra Putih, Perpi Harimurti, Perisai Diri, Prashaja Mataram, Keluarga Pencak silat Nusantara, PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia), Setia Hati, Tapak Suci, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Untuk selanjutnya sepuluh perguruan tersebut diberi istilah 10 Perguruan Historis (Lubis, 2004:4). Salah satu perguruan historis pemrakarsa berdirinya Ikatan Pencak Silat Indonesia adalah Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Persaudaraan Setia Hati Terate berbentuk organisasi, dan didirikan pada tahun 1922 di Madiun dan berkedudukan di Madiun, Jawa Timur Indonesia (PSHT,2011:1). Susunan organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate ditingkat pusat disebut pengurus pusat, di tingkat Kota/Kabupaten/Kota administratif disebut pengurus cabang, ditingkat lembaga perguruan tinggi dan di luar negeri disebut pengurus komisariat, dan ditingkat kelurahan/desa disebut pengurus rayon (PSHT,2011:3). Keanggotaan dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate tersebut dibagi menjadi dua, yakni Warga dan Siswa. Warga adalah anggota tetap yang telah disahkan sesuai dengan tata cara yang berlaku pada organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Seorang warga berhak memberikan pelajaran pencak silat kepada siswa. Sedangkan siswa ialah anggota yang belum disahkan menjadi anggota tetap dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT,2011:7). Tingkatan siswa dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dibagi menjadi empat tingkatan, yakni tingkat sabuk polos (hitam), tingkat sabuk jambon (merah muda), tingkat sabuk hijau, dan tingkat sabuk putih” (PSHT,2011:24). Untuk mencapai tingkatan Warga (anggota tetap PSHT), seorang siswa diwajibkan mengikuti dan menguasai pelajaran pencak silat yang diberikan oleh pelatih sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Kurikulum tersebut berisi materi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang disusun sesuai tingkatan sabuk siswa. Siswa tingkat sabuk putih yang yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dengan melalui testing oleh pengurus cabang diajukan kepada pengurus pusat untuk dapat disahkan menjadi Warga atau menjadi anggota tetap organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT,2011:7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar