Selasa, 29 Juni 2010

BONEK SEJATI

Istilah BONEK atau Bondo Nekat (Modal Nekat) muncul secara tiba-tiba karena media massa pada tahun 1989 yang awalnya bagus namun lambat laun justru mengalami pergeseran makna dan lebih berkonotasi negatif. Sebelumnya sebutan bagi supporter Persebaya adalah “Green Force”.

Pada tahun 1988, bertemakan “tret tet tett hijaukan senayan”, Jawa Pos dengan coordinator langsung cak Dahlan Iskan pernah memberangkatkan ratusan bus, puluhan gerbong KA, dan pesawat menuju ibukota.

Antusiasme pendukung Persebaya ini bukan hanya dari Surabaya saja, tetapi juga datang dari kota-kota besar lainnya di Jawa Timur seperti Jombang, Kediri, Lamongan, Madiun, Nganjuk, Pasuruan, Tuban, Mojokerto, Jembr, Banyuwangi,Madura, Gresik, Sidoarjo Bahkan sampai luar Jawa Timur n luar Pulau Jawa dll. Saking antusiasnya bahkan ada yang sampai menggadaikan motor, menjual TV, tape, perhiasan istri dan barang-barang rumah tangga lainnya hanya untuk menyaksikan Persebaya bertanding di senayan.

Sementara green force mania yang muda-muda banyak yang harus mengamen terlebih dahulu pokoknya harus sampai senayan. Yang punya duit pas-pasan masih ada cara lain, yaitu dengan “menggandol” truk secara estafet dari surabaya-jakarta sambil mengamen di jalanan istilahnya estafet dari truk satu ke truk lainya. Ada juga yang menumpang gerbong kereta barang.

“POKOKNYA SAMPAI SENAYAN”, itulah tekad yang dipegang pendukung Persebaya pada waktu itu. Sebuah semangat yang positif yang tentunya tanpa merugikan pihak lain. Hal inilah yang mendapatkan acungan jempol dari banyak kalangan di Indonesia pada saat itu. Semangat dan tekad yang begitu menggebu itu membuat beberapa media massa terutama Jawa Pos sebagai pelopornya mulai mengistilahkan “BONEK”.

Sampai sekarang, walaupun ada nama resmi pendukung Persebaya yaitu YSS (Yayasan Suporter Surabaya), namun pendukung persebaya lebih dikenal dengan sebutan Bonek. Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang mentradisikan away suporters (pendukung sepak bola yang mendukung tim kebanggaannya bertanding di kota lain) seperti di Eropa.

Bonek juga memiliki musuh-musuh tradisional seperti suporter di luar negeri. Musuh Bonek di era perserikatan adalah suporter panser biru/snex PSIS semarang dan bobotoh Bandung. Di era Ligina, musuh Bonek adalah aremania, the jak, LA mania, dan Pasoepati. Bonek justru bisa berdamai dengan bobotoh Bandung dan Panser Biru di era Ligina.

Mengapa Bonek identik dengan kerusuhan? Media massa yang sekarang selalu memojokkan Bonek. Bahkan kerusuhan Bonek sudah menjadi semacam rejeki bagi mereka, karena berita tentang bonek pasti akan meningkatkan pendapatan surat kabar mereka.

Lihat saja, ketika Bonek yang bikin rusuh, semua media di Indonesia selalu membahas kerusuhan Bonek selama seminggu penuh, tanpa mencantumkan apa penyabab kerusuhan. Bahkan ada yang menayangkan acara khusus dengan topik “bonek rusuh lagi”. Namun ketika suporter lain yang bikin rusuh, media tidak terlalu menyoroti kerusuhan itu, bahkan Cuma dikatakan “oknum tidak bertanggung jawab yang melakukan kerusuhan”.


Semoga kelak suporter Persebaya bisa menjadi yang lebih baik... Urusan semangat dan tekad jangan dihilangkan,yang harus dilakukan adalah bagaimana kita bisa melakukan takad tersebut ke arah yang positif... Untuk urusan tekad dan nekad ga usah diragukan arek suroboyo nomer siji... Maju terus persebaya!!! Bravo ijo..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar